Direktur Utama Tinjau Perkembangan Pembangunan Stasiun Thamrin dan Monas
Pekerjaan pembangunan fase 2A MRT Jakarta terus dikebut. Pada Senin (21-3-2022), Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar meninjau area pembangunan CP 201. Kunjungan kerja dimulai dari sisi utara Stasiun Bundaran HI titik dimulainya pengeboran terowongan fase 2A dan berakhir di area Stasiun Monas. Dalam kunjungannya, ia menyampaikan apresiasi atas kerja keras tim konstruksi dan mengingatkan agar pekerjaan konstruksi terus menjaga aspek kualitas dan keselamatan kerja.
“Hari ini saya mengunjungi pekerjaan CP 201 dan progressnya bagus sudah sekitar 35 persen. Tadi saya melihat pengeboran di sisi utara Stasiun Bundaran HI, station box Stasiun Monas, dan persiapan pengeboran dari Stasiun Monas ke arah Stasiun Thamrin,” ujarnya. “Semua bagus baik kualitas maupun safetynya dan saya berharap kualitas dan safety ini tetap menjadi perhatian utama agar konstruksi MRT Jakarta ini menjadi model bagi kota lain,”imbuhnya saat ditemui di area beranda peron (concourse) Stasiun Monas. Ia juga menyebutkan bahwa sejauh ini perkembangannya masih sesuai jadwal.
Sejak diluncurkan pada Kamis, 24 Februari 2022 lalu oleh Presiden Joko Widodo di sisi utara Stasiun Bundaran HI, mesin bor terowongan 1 atau TBM-1 telah berhasil membangun tunnel sepanjang sekitar 19,5 meter ke arah Stasiun Thamrin. Mesin tipe earth pressure balance yang memiliki panjang 8,5 meter ini nantinya akan membuat terowongan dari Stasiun Bundaran HI ke Stasiun Thamrin lalu bermanuver u-turn menggali ke arah Stasiun Bundaran HI. Dari Stasiun Bundaran HI, mesin bor tersebut dibawa ke Stasiun Monas dan membuat terowongan dari Stasiun Monas menuju Stasiun Harmoni.
Pembangunan fase 2A direncanakan selesai pada Agustus 2027, meliputi segmen Bundaran HI—Harmoni pada Maret 2025, dan segmen Harmoni—Kota pada Agustus 2027. Terdapat tujuh stasiun dalam koridor sepanjang 6 kilometer ini, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Seluruh stasiun akan terletak di bawah tanah pada kedalaman dari 20—30 meter. Fase 2A ini dibangun dengan biaya sebesar sekitar Rp22,5 triliun menggunakan skema pinjaman kerja sama antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Jepang melalui JICA.