Pembangunan D-Wall Stasiun Monas Terus Berlanjut
Suara gemuruh seketika memenuhi area pembangunan diaphragm wall (D-Wall) Stasiun Monas di dalam kawasan Taman Monas saat secara bersamaan dua unit truk pengaduk (mixer) menuangkan sekitar 6--7 kubik campuran beton ke dalam pipa tremi lalu meneruskannya ke lubang yang akan membentuk D-Wall Stasiun Monas. Malam itu, sekitar pukul 20.35 WIB, sisa hujan yang mengguyur Jakarta sejak pagi masih terlihat, namun tidak menyurutkan semangat para pekerja melaksanakan tugasnya. Kira-kira 12—15 menit proses penuangan pertama selesai, dua truk mixer berikutnya telah siap tidak jauh dari lokasi dan proses penuangan terus berjalan hingga enam jam ke depan. Proses pengecoran tersebut akan membutuhkan sekurang-kurangnya 25 unit truk yang menuangkan total 180 kubik campuran beton untuk membentuk satu panel D-Wall. Sebelum truk mixer meninggalkan lokasi, setiap truk harus melewati pos pencucian otomatis untuk memastikan tidak ada kotoran atau sisa tanah/campuran beton yang mengotori jalan yang dilaluinya.
Hampir sebulan sejak pekerjaan utama pembangunan Stasiun Monas, yaitu penggalian tanah untuk pembangunan D-Wall, dimulai pada Rabu, 27 Januari lalu. Sampai dengan Rabu (17-2-2021) lalu, tim konstruksi telah membangun lima panel dari 102 panel yang direncanakan untuk membangun Stasiun Monas. Diaphragm Wall atau biasa disingkat D-Wall adalah dinding penahan tanah (retaining wall) yang sekaligus berfungsi sebagai dinding bangunan di bawah tanah, dalam hal ini dinding stasiun bawah tanah MRT Jakarta. Stasiun Monas nantinya akan memiliki sekitar 102 panel dengan satu panel berdimensi kedalaman 30 meter, tebal 1 meter, dan lebar 6 meter. Pembangunan D-Wall dimulai dengan perakitan tulangan baja (rebar cage) yang dilanjutkan dengan penggalian area yang akan dibangun. Langkah selanjutnya ialah pemberian cairan bentonite ke area galian yang berfungsi sebagai penahan atau pengikat tanah. Berikutnya ialah pengecoran beton.
D-Wall yang saat ini sedang dibangun, selain sebagai dinding stasiun, juga diperuntukkan sebagai box areayang akan dijadikan launching shaft mesin pengebor terowongan (tunnel boring machine). Setelah box area selesai dibangun, tanah ditengahnya akan dikeruk dan area tersebut menjadi lokasi penurunan mesin pengebor terowongan yang akan menggali terowongan bawah tanah menuju Stasiun Bundaran HI. Selanjutnya, tanah hasil galian pembangunan D-Wall tersebut akan dibawa ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rorotan, Jakarta Utara.
Stasiun Monas merupakan stasiun bawah kedua di fase 2A MRT Jakarta. Panjang stasiun ini mencapai sekitar 280 meter dengan dua pintu masuk (entrance). Stasiun ini akan menjadi salah satu stasiun ikon Jakarta karena terkoneksi langsung dengan kawasan Taman Monas sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat yang ingin berkunjung ke taman yang luasnya mencapai sekitar 80 hektare tersebut. Selama pembangunan, PT MRT Jakarta (Perseroda) akan menyediakan pusat informasi (visitor center) bagi masyarakat yang ingin mengetahui informasi terkait MRT Jakarta. Stasiun Monas dan Thamrin rencananya akan beroperasi pada Maret 2025.
Penulis: Nasrullah